Kedelai merupakan tanaman asli dari China yang telah dibudidyakan sejak 2500 tahun SM. Sejalan dengan berkembangnya perdagangan antarnegara, kedelai tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan seperti: Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia dan Amerika. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai di Indonesia adalah di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara (Irwan 2006).
Kedelai banyak digemari oleh masyarakat sebagai bahan pangan yang dapat dikonsumsi baik dalam bentuk olahan (tahu, tempe, susu, kecap) atau segar (cukup direbus) yang dikenal dengan nama kedelai sayur (edamame). Kedelai mengandung 40% protein yang memiliki arti penting sebagai protein nabati untuk meningkatkan gizi dan mengatasi penyakit kurang gizi (Balai Penelitian Tanaman Pangan2004).
Setiap 100 gram kedelai edamame mengandung 11,40 gram protein, kalori 582 Kcal, lemak 6,6 gram, serat 15,6 gram, kalsium 140 gram, fosfor 1,7 gram, besi 1 gram, vitamin B2 0,14 gram, vitamin B1 10,27 gram, dan air 71,1 gram (Samsu 2001). Kedelai segar merupakan satu-satunya sayuran yang mengandung sembilan jenis asam amino esensial (isoleusin, lisin, leusin, fenilalanin, tirosin, metionin, sistin, treonin, triptofan dan valin) yang dapat menstabilkan kadar gula darah, menurunkan kolesterol yang dapat mencegah penyakit jantung .Kedelai juga dapat meningkatkan metabolisme dan kadar energi, dan membantu membangun otot dan sel-sel sistem imun. Selain itu, kedelai edamame juga mengandung isoflavone, beta karoten, dan serat. Isoflavon dalam kedelai merupakan antioksidan penangkal radikal bebas, meningkatkan sistim kekebalan dan menurunkan resiko pengerasan arteri (artherosclerosis) dan tekanan darah tinggi. Hasil berbagai penelitian yang telah dilakukan di Jepang menyatakan bahwa wanita Jepang yang mengkonsumi kedelai secara rutin memiliki resiko terserang kanker payudara pada tingkat terendah dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi kedelai (Stephan 2009). Oleh karena itu kebutuhan akan kedelai segar akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan makanan bergizi.
Kedelai edamame memiliki ukuran biji lebih besar, rasa lebih manis, dan tekstur lebih lembut dibandingkan kacang kedelai biasa. Kedelai ini dapat tumbuh baik di daerah beriklim tropis dan subtropis pada suhu cukup panas dan curah hujan yang relatif tinggi, sehingga kedelai ini cocok ditanam di Indonesia. Waktu panen kedelai edamame relatif singkat dibandingkan kedelai biasa,karena edamame dipanen pada saat kedelai masih hijau (Soewanto et al 2007).
Secara ekonomi kedelai edamame mempunyai peluang pasar yang cukup besar, baik pemintaan pasar domestik maupun luar negeri. Tingginya permintaan pasar terhadap kedelai edamame menjadi daya tarik para petani untuk meningkatkan terus produksi kedelai edamame. Permintaan negara Jepang terhadap kedelai edamame asal Indonesia terus meningkat (Zuprizal 2003). Menurut Benziger dan Shanmugasundaram (1995) Jepang merupakan konsumen dan pasar utama edamame baik dalam bentuk segar maupun beku. Total kebutuhan pasar edamame beku di Jepang berkisar antara 150.000-160.000ton/tahun. Kebutuhan Jepang terhadap edamame tidak dapat dipenuhi oleh produksi dalam negerinya, sehingga untuk memenuhi kebutuhannya, Jepang mengimpor edamame dari berbagai negara. Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor kedelai edamame ke Jepang. Pada tahun 2005 Indonesia memasok pasar edamame Jepang sebesar 665 ton edamame segar beku yaitu setara dengan 0,96% kebutuhan impor edamame Jepang. Menurut Soewanto et al (2007) impor Jepang akan edamame beku terus meningkat dari tahun ke tahunnya, mencapai 60.000-70.000ton/tahun.
Peranan kedelai yang penting sebagai bahan makanan dan untuk kesehatan serta nilai ekonomi yang cukup tinggi, membuat kedelai edamame potensial untuk dikembangkan.
Budidaya edamame sebenarnya relatif tidak sulit, secara umum hampir sama dengan kedelai. Secara singkat budidaya edamame adalah sebagai berikut :
Syarat Tumbuh. Edamame menghendaki ketinggian lahan minimal 200 m diatas permukaan laut (dpl), suhu berkisar 26 – 30 ° C, dengan penyinaran matahari penuh. Edamame menghendaki tanah yang subur dengan pengairan yang baik dan kemasaman tanah netral.Suhu yang optimal untuk proses perkecambahan kedeai sekitar 30°C, sedangkan untuk pembungaan 24-25°C. Tanaman kedelai termasuk tanaman hari pendek sehingga tidak akan berbunga bila panjang hari melebihi batas kritis yaitu 15 jam perhari. Varietas kedelai yang berproduksi tinggi dari daerah subtropik dengan panjang hari 14-16 jam bila ditanam di daerah tropik dengan rata-rata panjang hari 12 jam maka varietas tersebut akan mengalami penurunan produksi karena masa bunganya menjadi pendek yaitu dari umur 50 hari-60 hari menjadi 35 hari -40 hari setelah tanam (Rubatzky dan Yamaguchi 1998). Pada umumnya pertumbuhan tanaman kedelai akan baik pada pada ketinggian tidak lebih dari 500 meter di atas permukaan laut (dpl). Kedelai edamame dapat tumbuh baik pada tanah-tanah aluvial, regosol, grumosol, latosol, dan andosol. Selain itu menghendaki tanah yang subur, gembur, dan kaya bahan organik. Keasamaan tanah (pH) yang cocok untuk berkisar antara 5,8-7,0.
Klasifikasi dan Morfologi
Tanaman kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja dan Soja max. Pada tahun 1948 telah disepakati bahwa klasifikasi yang dapat diterima adalah kedelai termasuk dalam kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, sub-divisi Angiospermae, kelas Dicotyledoneae, ordo Rosales, famili Leguminoceae, sub-famili Papilionaceae Genus Glycine, species Glycine max (L.) Merill (Adisarwanto 2005). Berbagai varietas edamame yang pernah dikembangkan di Indonesia antara lain Ocunami, Tsuronoko, Tsurumidori, Taiso dan Ryokkoh. Warna bunga varietas Ryokkoh adalah putih, sedangkan varietas yang lainnya ungu. Saat ini varietas yang dikembangkan untuk produk edamame beku adalah Ryokkoh asal Jepang dan R 75 asal Taiwan (Soewanto et al. 2007). Tanaman kedelai edamame memiliki sistem perakaran tunggang. Selain itu kedelai juga seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil (Andrianto dan Indarto 2004).
Pertumbuhan batang kedelai edamame memiliki dua tipe yaitu determinate yang dicirikan dengan tidak tumbuhnya lagi batang setelah berbunga, sedangkan tipe yang kedua yaitu indeterminate dicirikan dengan masih tumbuhnya batang dan daun setelah tanaman berbunga. Tinggi batang kedelai edamame +60 cm-150 cm (Adisarwanto 2005). Daun tanaman kedelai merupakan daun majemuk yang terdiri atas tiga helai anak daun (trifoliolat) dan umumnya berwarna hijau muda atau hijau kekuning-kuningan (Irwan 2006). Daun kedelai ada yang berbentuk bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik(Andrianto dan Indarto 2004). Bunga kedelai menyerupai kupu-kupu dengan berwarna putih atau ungu. Tangkai bunga umumnya tumbuh dari ketiak tangkai daun. Jumlah bunga pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam antara 2bunga-25 bunga tergantung kondisi lingkungan tumbuh dan varietas. Bunga kedelai pertama umumnyaterbentuk pada buku ke lima, ke enam, atau pada buku yang lebih tinggi. Periode berbunga pada tanaman kedelai cukup lama yaitu 3 minggu-5 minggu untuk daerah subtropik dan 2 minggu-3 minggu di daerah tropik (Departemen Pertanian 1989)
Polong kedelai terbentuk 7-10 hari setelah munculnya bunga pertama. Jumlah polong yang terbentuk pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam antara 1-10 polong. Jumlah polong pada setiap tanaman dapat mencapai lebih dari 50 bahkan ratusan. Kulit polong kedelai berwarna hijau, sedangkan biji bervariasi dari kuning sampai hijau. Pada setiap polong terdapat biji yang berjumlah 2-3 biji dan mempunyaiukuran 5,5 cm sampai 6,5 cm bahkan ada yang mencapai 8 cm. Biji berdiameter antara 5 cm sampai 11 mm (Andrianto dan Indarto 2004).
Berdasarkan ukuran bijinya, kedelai dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok:
- Berbiji kecil, bobot biji 6-15 g/100 biji, umumnya dipanen dalam bentuk biji (grain soybean), pada saat tanaman berumur tiga bulan.
- Berbiji besar, dengan bobot biji 15-29 g/100 biji, ditanam di daerah tropik maupun subtropik, dipanen dalam bentuk biji. Hasil biji umumnya digunakan sebagai bahan baku minyak, susu dan makanan lain.
- Berbiji sangat besar, bobot 30-50 g/100 biji, biasanya ditanam di daerah subtropik, seperti Jepang, Taiwan dan Cina. Kedelai dipanen dalam bentuk segar, polong masih hijau, disebut juga kedelai sayur (vegetable soybean), berumur dua bulan. Kelompok kedelai ini di Jepang disebut edamame. (Chen et al. 1991).
Persyaratan kedelai edamame lebih ditekankan kepada ukuran polong muda, dengan lebar 1,4-1,6 cm, dan panjang 5,5-6,5 cm. Warna biji kuning hingga hijau, bentuk biji bulat hingga bulat telur dan warna hillum gelap hingga terang.
Persiapan Lahan. Tanah dibajak 3 minggu sebelum tanam, 2 minggu kemudian dibuat bedengan lebar 1,2 meter, panjang 10 meter dan tinggi bedengan 20 – 25 cm. jarak antar bedengan 0, 5 meter. Pemupukan dasar diberikan 3 hari sebelum tanam dengan cara ditabur merata di atas bedengan. Pupuk dasar terdiri dari SP 36 sebanyak 200 kg / hektar dan penambahan kapur pertanian 600 kg /hektar.
Benih. Benih Edamame yang diperlukan berkisar antara 80 – 100 kg per hektar. Varietas Edamame yang ditanam disesuaikan dengan pasar, antara lain yang paling banyak ditanam petani adalah varietas Ryoko. Varietas ini polongnya lebih besar dan rasanya lebih manis.
Penanaman. Benih Edamame ditanam pada bedengan dengan jarak tanam 12 X 20 cm atau 20 X 20 cm dan kedalaman tanam 1,5 – 2 cm kemudian ditutup dengan tanah gembur. Benih yang ditanam antara 2 -3 benih per lubang tanam.
Penyulaman. Penyulaman dilakukan 7 hari setelah tanam (HST) apabila ada tanaman yang mati atau tidak normal tumbuhnya, dengan mengambil tanaman yang ada di tepi atau tanaman persiapan yang khusus untuk sulaman.
Penyiangan. Rereumputan atau gulma lainya perlu dibersihkan agar tidak bersaing dengan Edamame, penyiangan dilakukan pada saat tanaman berumur 9 HST. Penyiangan selanjutnya dilakukan sesuai kondisi pertanaman.
Pengairan. Pengairan dilakukan dengan penggenangan sampai air dalam kapasitas lapang, pengairan dilakukan 7 hari sekali serta memperhatikan kondisi pertanamanya.
Pemupukan. Pemupukan susulan dilakukan pada saat tanaman berumur 10 HST, terdiri dari KCL 50 kg/Ha, Urea 150 kg/Ha dan Za 50 kg/Ha. Pemupukan susulan yang kedua pada saat tanaman berumur 21 HST terdiri dari KCl 100 kg/Ha, Urea 50 kg/Ha dan ZA 100 kg/Ha.
Pengendalian OPT. Edamame tidak luput terkena serangan organisme penganggu tanaman (OPT) baik hama maupun penyakit. Pengendalian dilakukan secara terpadu sesuai dengan jenis hama maupun penyakitnya. Penggunaan pestisida dilakukan secara selektif dan terkendali. Jenis OPT yang menyerang edamame biasanya sama juga dengan OPT yang menyerang kedelai, sehingga pengendalianya tidak berbeda jauh dengan pengendalian pada kedelai.
Lalat pucuk, ulat grayak, pengerek batak, dan jamur bisa disemprot dengan Reagent 50 C dengan dosis 1 gr / liter air dan Ingrofol 50 WP dengan dosis 1,5 l/Ha.
Pengendalian OPT ini sangat penting karena bisa berpengaruh terhadap kualitas Edamame. Edamame yang diminta oleh pasar lokal maupun ekspor adalah Edamame yang bernas, warna hijau segar dan harus bebas dari bekas serangan hama atau penyakit. Sehingga sangat penting untuk memperhatikan hal ini, baik hama pengerek batang maupun pengerek polong.
Hama dan penyakit yang menyerang tanaman ini sama dengan yang menyerang kedelai biasa, antara lain sebagai berikut. Penyakit karat: Gejala penyakit ini adalah timbulnya bintik-bintik cokelat terutama di bagian bawah daun. Tepung sari akan bertaburan bila disentuh sehingga mengurangi penyerbukan. Pada serangan yang berat, polong banyak yang tidak terisi penuh. Penyebab penyakit ini adalah cendawan Phakopspora pachhyrhizi. Pencegahannya dapat dilakukan dengan cara penggunaan varietas yang tahan terhadap serangan penyakit ini. Sedangkan pengendaliannya dilakukan dengan penggunaan fungisida Dithane atau Benlate dengan dosis 2 g/liter, terutama diberikan saat serangan belum terlalu berat. Penyakit bercak daun: Gejalanya hampir sama dengan penyakit karat, hanya saja bercaknya agak kuning dan terdapat warna merah kecokelatan di tengah bercak. Pada serangan berat, bercak-bercak menggabung/ membesar sehingga menyerupai daun yang mati. Penyebab penyakit ini adalah bakteri Xanthomonas phaseoli. Pengendalian dan pencegahannya sama seperti pada penyakit karat. Penyakit busuk batang: Gejalanya ditandai dengan busuknya batang, terutama pada tanaman muda, yang diikuti dengan kematian. Apabila kelembapan terlalu tinggi, serangan penyakit menjadi semakin hebat sehingga meyebabkan biji gagal berkecambah. Penyebabnya adalah sejenis cendawan Phytium sp. Pengendaliannya dilakukan dengan penggunaan fungisida Dithane atau Benlate berdosis 2 g/liter. Penyakit mosaik : Penyakit ini disebabkan oleh virus mozaik kedelai (SMV) yang ditularkan oleh vektor Aphis glicines atau melalui cairan tanaman dan biji. Pengendaliannya dilakukan dengan cara menghindari penggunaan benih dari tanaman yang telah terinfeksi dan memberantas vektornya dengan insektisida. Hama kumbang daun kedelai (Phaedonia inclusa): Larva dan kumbang dewasa menyerang hampir semua bagian tanaman edamame (kedelai), terutama yang masih muda. Serangannya sering dijumpai pada pagi dan sore hari. Siklus hidup kumbang ini adalah 20-21 hari. Sehingga dalam satu kali musim tanam, edamame dapat diserang oleh 2-3 generasi kumbang: Pemberantasannya adalah dengan menyemprotkan Azodrin Karphos dan Tamaron berkonsentrasi sekitar 1-2 cc/liter, tergantung umur tanaman. Lalat bibit (Agromiza phaseolr): Serangannya ditandai dengan adanya bercak-bercak pada keping biji atau daun pertama tanaman muda. Selanjutnya larva lalat ini menyerang pangkal batang dan pangkal akar sehingga daun menjadi layu, menguning, kemudian mati. Jika tanaman yang terserang dicabut, akan terlihat larva pupa, atau kulit pupa di antara batang atau akar dan kulit. Pengendalian serangan dilakukan dengan menyemprotkan Azodrin, Surecide, Tamaron, Karphos, dan Furadan berkonsentrasi 1-2 cc/liter. Insektisida ini disemprotkan seminggu setelah tanam sampai tanaman berumur sebulan dengan selang seminggu setiap penyemprotan. Apabila menggunakan Furadan, harus diberikan pada saat tanam dengan dosis 2 – 3 butir per lubang tanaman. Kepik polong (Riptortus linearis): Serangannya ditandai dengan mengempisnya polong karena imago dan nymphanya mengisap dan merusak polong. Pengendalian serangan dilakukan dengan menyemprotkan Bayrusil ber-dosis 1- 2 cc/liter. Kepik hijau (Nezara viridula): Serangannya ditandai dengan mengempisnya polong karena imago dan nymphanya juga mengisap polong dengan jalan menusuk. Perbedaannya dengan kepik polong adalah warna kepik ini hijau. Pengendalian serangan dilakukan dengan menyemprotkan Azodrin berdosis 1- 2 cc/liter. Ulat prodenia (Prodenia litura): Serangannya ditandai dengan keroposnya jaringan epidermis tanaman. Daun geripis karena dimakan oleh larva ulat dewasa. Pengendalian serangan dengan insektisida akan lebih efektif dilakukan pada pagi atau sore saat ulat ini aktif. Atau, disemprotkan dari bawah ke atas karena ulat ini bersembunyi di permukaan daun bagian bawah. Penggerek polong kedelai (Etiella zinckenela): Serangannya ditandai dengan berlubangnya polong karena larvanya melubangi, masuk, dan tinggal di dalam polong.
Hama dan penyakit yang menyerang tanaman ini sama dengan yang menyerang kedelai biasa, antara lain sebagai berikut. Penyakit karat: Gejala penyakit ini adalah timbulnya bintik-bintik cokelat terutama di bagian bawah daun. Tepung sari akan bertaburan bila disentuh sehingga mengurangi penyerbukan. Pada serangan yang berat, polong banyak yang tidak terisi penuh. Penyebab penyakit ini adalah cendawan Phakopspora pachhyrhizi. Pencegahannya dapat dilakukan dengan cara penggunaan varietas yang tahan terhadap serangan penyakit ini. Sedangkan pengendaliannya dilakukan dengan penggunaan fungisida Dithane atau Benlate dengan dosis 2 g/liter, terutama diberikan saat serangan belum terlalu berat. Penyakit bercak daun: Gejalanya hampir sama dengan penyakit karat, hanya saja bercaknya agak kuning dan terdapat warna merah kecokelatan di tengah bercak. Pada serangan berat, bercak-bercak menggabung/ membesar sehingga menyerupai daun yang mati. Penyebab penyakit ini adalah bakteri Xanthomonas phaseoli. Pengendalian dan pencegahannya sama seperti pada penyakit karat. Penyakit busuk batang: Gejalanya ditandai dengan busuknya batang, terutama pada tanaman muda, yang diikuti dengan kematian. Apabila kelembapan terlalu tinggi, serangan penyakit menjadi semakin hebat sehingga meyebabkan biji gagal berkecambah. Penyebabnya adalah sejenis cendawan Phytium sp. Pengendaliannya dilakukan dengan penggunaan fungisida Dithane atau Benlate berdosis 2 g/liter. Penyakit mosaik : Penyakit ini disebabkan oleh virus mozaik kedelai (SMV) yang ditularkan oleh vektor Aphis glicines atau melalui cairan tanaman dan biji. Pengendaliannya dilakukan dengan cara menghindari penggunaan benih dari tanaman yang telah terinfeksi dan memberantas vektornya dengan insektisida. Hama kumbang daun kedelai (Phaedonia inclusa): Larva dan kumbang dewasa menyerang hampir semua bagian tanaman edamame (kedelai), terutama yang masih muda. Serangannya sering dijumpai pada pagi dan sore hari. Siklus hidup kumbang ini adalah 20-21 hari. Sehingga dalam satu kali musim tanam, edamame dapat diserang oleh 2-3 generasi kumbang: Pemberantasannya adalah dengan menyemprotkan Azodrin Karphos dan Tamaron berkonsentrasi sekitar 1-2 cc/liter, tergantung umur tanaman. Lalat bibit (Agromiza phaseolr): Serangannya ditandai dengan adanya bercak-bercak pada keping biji atau daun pertama tanaman muda. Selanjutnya larva lalat ini menyerang pangkal batang dan pangkal akar sehingga daun menjadi layu, menguning, kemudian mati. Jika tanaman yang terserang dicabut, akan terlihat larva pupa, atau kulit pupa di antara batang atau akar dan kulit. Pengendalian serangan dilakukan dengan menyemprotkan Azodrin, Surecide, Tamaron, Karphos, dan Furadan berkonsentrasi 1-2 cc/liter. Insektisida ini disemprotkan seminggu setelah tanam sampai tanaman berumur sebulan dengan selang seminggu setiap penyemprotan. Apabila menggunakan Furadan, harus diberikan pada saat tanam dengan dosis 2 – 3 butir per lubang tanaman. Kepik polong (Riptortus linearis): Serangannya ditandai dengan mengempisnya polong karena imago dan nymphanya mengisap dan merusak polong. Pengendalian serangan dilakukan dengan menyemprotkan Bayrusil ber-dosis 1- 2 cc/liter. Kepik hijau (Nezara viridula): Serangannya ditandai dengan mengempisnya polong karena imago dan nymphanya juga mengisap polong dengan jalan menusuk. Perbedaannya dengan kepik polong adalah warna kepik ini hijau. Pengendalian serangan dilakukan dengan menyemprotkan Azodrin berdosis 1- 2 cc/liter. Ulat prodenia (Prodenia litura): Serangannya ditandai dengan keroposnya jaringan epidermis tanaman. Daun geripis karena dimakan oleh larva ulat dewasa. Pengendalian serangan dengan insektisida akan lebih efektif dilakukan pada pagi atau sore saat ulat ini aktif. Atau, disemprotkan dari bawah ke atas karena ulat ini bersembunyi di permukaan daun bagian bawah. Penggerek polong kedelai (Etiella zinckenela): Serangannya ditandai dengan berlubangnya polong karena larvanya melubangi, masuk, dan tinggal di dalam polong.
Panen dan Pasca Panen. Panen polong muda saat polong berwarna masih hijau bisa mencapai 7,5 ton per hektar. Edamame bisa dipanen dalam keadaan segar saat polong masih berwarna hijau pada saat berumur minimal 45 HST sesuai varietasnya, jika terlalu tua kurang disukai konsumen. Panen tidak dilakukan secara serentak tetapi diseleksi dengan interval panen 2 hari sekali. Polong yang dipetik adalah yang bernas namun warnanya masih belum kuning. Jika akan dipergunakan untuk benih panen harus dilakukan pada saat polong sudah masak penuh kurang lebih pada saat edamame berumur 90 – 100 HST.
Edamame yang di panen muda sebaiknya segera di bawa ke tempat yang teduh dan hindari dari panas matahari agar Edamame tetap segar, tidak layu atau warnanya rusak. Jika polongnya kotor bisa dicuci dengan air yang mengalir dan ditiriskan. Selanjutnya dipacking sebelum dipasarkan.
Edamame yang diminta pasar adalah Edamame dengan kualitas yang baik. Polong berisi 2-3 biji per polong dengan jumlah polong antara 150 – 175 polong per setengah kilogram dan bobot per polong antara 2,5 – 3,5 gram. Selain itu polong Edamame harus berwarna hijau segar dan harus bebas dari bekas serangan hama maupun penyakit.
Biasanya Edamame yang segar ini dikelompokkan menjadi 4 klas mutu atau grade, antara lain :
- Grade 1 : Kualitas super (Super quality), dengan ciri-ciri kulit polong mulus, warna hijau tua, polong berisi penuh dengan isi polong 3.
- Grade 2 : Kualitas Premium, dengan ciri-ciri warna hijau mulus namun polong hanya berisi 2 biji.
- Grade 3 : Kualitas Deluxe, dengan kualitas masih dibawah Grade 2, warna kurang bagus, polong kurang bernas.
- Grade 4 : Kualitas grade ini disebut dengan Mukimame, biasanya digunakan untuk olahan lebih lanjut, bukan dikonsumsi segar.
Kedelai edamame biasanya dipanen pada umur 63 hari setelah tanam (HST) sampai 68 HST untuk polong segar, sedangkan unuk panen polong tua pada umur 90 HST (Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2005) atau pada saat polong berisi padat, atau sedikitnya 85% polong terisi penuh (Miles 2000).
Pemanenan polong kedelai edamame biasanya tidak dilakukan serentak, yang pertama dipanendengan memilih polong yang besar dan berisi penuh. Setelah polong biji muda diproses dan disortir lalu didinginkan dengan suhu di bawah 30 0C. Biji kedelai yang sudah matang baru dapat diperoleh setelah kedelai masuk fase pematangan. Biji kedelai dikeringkan hinggga mencapai 15% sampai 18% kadar airnya (Zufrizal 2003).
Menurut Soewanto et al (2007), persyaratan bahan baku edamame di sawah sebelum diproses (di pabrik) dibedakan menjadi dua golongan yaitu
1. Kualitas Bahan Baku Ekspor (BBE)
· tidak terlalu tua dan terlalu muda
· jumlah biji dalam polong 2 dan 3 biji
· jumlah polong per 500 gram sebanyak 160 – 170 buah
· bebas hama dan penyakit
· tidak terdapat kerusakan fisik
· bau khas edamame
· bentuk polong normal
· bersih dari kotoran (rumput, daun edamame, lumpur dan lain-lain)
· warna seragam (hijau normal)
· kondisi polong segar/ tidak layu
2. Kualitas Bahan Baku Mukimame (BBM)
· keluaran dari hasil grading BBE
· semua polong berbiji satu
· bersih dari kotoran
· polong segar/tidak layu
· kualitas polong bahan muki baik:
ü warna biji hijau segar
ü biji tidak cacat (hama/penyakit/mekanis)
ü polong bernas (tidak kepak)
ü polong tidak tua
Bila Anda butuh supplier Edamame, dapat menghubungi kontak kami :
what's up 085717367075
call/sms 082333332831
email : ifanipb@yahoo.co.id
Atas nama : IFAN WINANGUN, SP
(Alumni IPB Jurusan Agronomi & Hortikultura Angkatan 46)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar