Rabu, 14 Oktober 2015

PENETAPAN KANDUNGAN KALSIUM, MAGNESIUM, DAN SENG PADA TABLET EFFERVESCENT DENGAN METODE INDUCTIVELY COUPLED PLASMA OPTICAL EMISSION SPECTROMETRY (ICP-OES)

NUR ISMI ADHILA. “Penetapan Kandungan Kalsium, Magnesium, dan Seng Pada Tablet Effervescent dengan Metode Inductively Coupled Plasma Optical Emission Spectrometry (ICP-OES)”.(Dibawah bimbingan Ir. Eman Kustaman) 
Institut Pertanian Bogor
2012

Mineral diperlukan tubuh manusia dalam jumlah sedikit tetapi mempunyai fungsi yang sangat penting bagi metabolisme tubuh seperti menggiatkan, mengatur, dan mengendalikan proses metabolisme serta mengalihkan pesan-pesan syaraf. Kekurangan zat mineral kalsium, magnesium dan seng dapat menurunkan ketahanan tubuh terhadap penyakit. Pemberian suplementasi kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan seng (Zn) merupakan suatu  alternatif untuk memenuhi kekurangan zat tersebut sehingga dapat membantu pertahanan tubuh pada usia lanjut. Sediaan suplementasi kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan seng (Zn) dalam bentuk tablet  effervescent diharapkan dapat meningkatkan minat manusia dewasa terhadap tablet.
Tablet effervescent merupakan tablet multivitamin yang mengandung mineral dan vitamin. Produk minuman berbentuk tablet effervescent banyak diminati konsumen karena memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan produk olahan lainnya, oleh sebab itu dalam karya ilmiah ini menjelaskan proses analisis kandungan kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan seng (Zn) dengan metode Inductively Coupled Plasma (ICP). Tablet effervescent baik dikonsumsi bila memiliki kandungan mineral kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan seng (Zn) tidak melebihi ambang batas maksimum yang telah ditetapkan Europh Pharmacope yaitu 107, 5 mg/L untuk mineral kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) serta 10,75 mg/L untuk mineral seng (Zn). Hasil kadar mineral yang diperoleh pada sampel tidak melewati ambang batas persyaratan yang telah ditetapkan artinya sampel yang dianalisis mempunyai kadar mineral yang layak untuk dikonsumsi.

Kata kunci : Mineral, tablet effervescent, instrument Inductively Coupled Plasma
                     Optical Emission Spectrometry (ICP-OES)

TINJAUAN PUSTAKA
 Tablet Effervescent
Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasi (obat-obatan) yang sesuai. Bentuk sediaan tablet memiliki keuntungan, yaitu merupakan bentuk yang utuh dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah, ongkos pembuatannya paling rendah, bentuk sediaan oral yang paling ringan dan kompak, bentuk sediaan yang paling mudah untuk dikemas serta dikirim. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah, bentuk sediaan oral yang paling mudah diproduksi secara besar-besaran dan bentuk sediaan yang memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik. Kerugian tablet adalah beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung pada keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis (Hartono 2008).
Effervescent didefinisikan sebagai bentuk sediaan yang menghasilkan gelembung sebagai hasil reaksi kimia dalam larutan. Effervescent juga dapat menghasilkan larutan yang jernih, rasa yang enak karena adanya karbonat. Apabila diinginkan tablet menghasilkan larutan yang jenuh, maka obat yang terkandung dalam tablet dapat larut pada pH netral atau pH sedikit alkalis, dan semua pelincir atau aditif lain yang digunakan untuk mempermudah pengempaan tablet dapat larut dalam air (Anwar 2010). Flavored beverage effervescent adalah sediaan effervescent yang digunakan untuk membuat minuman ringan secara praktis, yaitu dengan cara mencampurkan tablet effervescent ke dalam air. Gas yang dihasilkan saat pelarutan effervescent adalah karbondioksida sehingga dapat memberikan efek sparkle (rasa seperti air soda) (Hartono 2008).
Ruang pencampuran bahan dan pencetakan yang memiliki kelembaban maksimal 25% dan suhu maksimal 25oC merupakan kondisi yang baik untuk proses pembuatan tablet effervescent (Lee 2001). Kelarutan yang tinggi merupakan salah satu hal yang penting dalam pembuatan tablet effervescent agar tablet dapat larut dengan cepat. Produk effervescent yang beredar di pasaran meliputi dua produk, yaitu granul dan tablet. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat secara oral dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat seperti : zat pengisi,zat pengikat, zat penghancur, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok (Ansar dkk 2009). 

 Kalsium (Ca)

Kalsium adalah mineral yang paling penting bagi tubuh manusia karena berpengaruh langsung bagi kelanjutan kehidupan. Pada manusia normal, kandungan Ca ideal adalah 1,5% sampai 2,2% dari berat tubuh, berat total sekitar 700 gram sampai 1400 gram. Sebagian besar orang menganggap Ca hanya untuk tulang dan gigi, padahal Ca mempunyai fungsi lain yang sangat vital. Pada kondisi normal, 99% Ca terdapat di dalam tulang dan gigi berfungsi sebagai perekat, penguat, dan penunjang pertumbuhan sedangkan sisanya 1% tersebar di cairan tubuh (darah) dan didalam jaringan lunak dalam bentuk larutan.
Kalsium tersebar didalam dan diluar pembuluh darah, didalam dan diluar sel tubuh dan ikut serta dalam berbagai aktivitas kehidupan. Dengan pola konsumsi makanan yang seimbang, kemampuan optimal tubuh menyerap kalsium dan membentuk massa tulang adalah pada saat sebelum berusia 35 tahun. Setelah umur 20 tahun, tubuh manusia akan mengalami kekurangan kalsium sebanyak 1% per tahun dan setelah umur 50 tahun, jumlah kandungan kalsium dalam tubuh akan menyusut sebanyak 30%. Kehilangan akan mencapai 50% ketika mencapai umur 70 tahun dan seterusnya mengalami masalah kekurangan kalsium. Namun dari berbagai penelitian diketahui bahwa orang diatas usia 65 tahun dapat mempertahankan densitas (kepadatan) tulang dan menurunkan risiko patah tulang dengan cara menambah asupan kalsium dari suplemen berupa tablet effervescent dan mengkonsumsi makanan kaya Ca (Almatsier 2003).

Magnesium (Mg)

Magnesium merupakan molekul yang berfungsi sebagai koenzim dalam sintesis protein dalam sel ribosom dan sebagai aktivator enzim dalam metabolisme karbohidrat sehingga sangat berperan dalam proses pertumbuhan sel dan pemeliharaan jaringan. Magnesium bersama-sama dengan hormon kortison mengatur posfor dalam darah dan berperan mengatur gerakan otot. Dalam tubuh, jumlah Mg hanya 0,05% berat badan tetapi perannya justru tidak kecil bagi kesehatan. Sekitar 65% Mg dalam tubuh terdapat pada tulang dan gigi, 33% didalam otot dan jatingan lunak, dan kurang lebih 1% dalam darah. Kebutuhan minimal adalah sekitar 6 mg/kg berat badan.
Magnesium sangat diperlukan dalam tubuh terutama terlibat dalam lebih 300 reaksi metabolik esensial. Hal tersebut diperlukan untuk metabolisme energi, penggunaan glukosa, sintesis protein, sintesis dan pemecahan asam lemak, kontraksi otot, seluruh fungsi ATP, hampir seluruh reaksi hormonal dan menjaga keseimbangan ionik seluler. Magnesium diperlukan untuk fungsi pompa Na/K-ATPase. Defisiensi magnesium menyebabkan peningkatan sodium intraseluler dan potasium banyak ke luar dan masuk ke ekstraseluler. Hal tersebut mengakibatkan sel mengalami hypokalaemia dimana hanya dapat ditangani dengan pemberian magnesium (Hernawati 2007).

Seng (Zn)

Seng merupakan kofaktor lebih dari 70 macam enzim yang mempunyai fungsi khusus pada organ mata, hati, ginjal, otot, kulit, tulang, dan organ reproduksi laki-laki. Seng juga penting dalam pertumbuhan gigi. Sebagai salah satu komponen dalam jaringan tubuh, seng termasuk zat gizi mikro yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara kehidupan yang optimal, meski dalam jumlah yang sangat kecil. Seng secara fisiologis, berperan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel, anti-oksidan, perkembangan seksual, kekebalan seluler, adaptasi gelap, pengecapan, serta nafsu makan. Seng secara biokimia, berperan sebagai komponen dari 200 macam enzim berperan dalam pembentukan dan konformasi polisome, sebagai stabilisasi membran sel, sebagai ion bebas ultra-seluler, dan berperan dalam jalur metabolisme tubuh.
Peranan terpenting seng bagi makhluk hidup adalah untuk pertumbuhan dan pembelahan sel, sebab seng berperan pada sintesis dan degradasi karbohidrat, lemak, protein, asam nukleat, dan pembentukan embrio. Seng dibutuhkan untuk proses percepatan pertumbuhan, menstabilkan struktur membran sel dan mengaktifkan hormon pertumbuhan. Seng juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan merupakan mediator potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi. Pada defisiensi seng ditemukan limfopeni, menurunnya konsentrasi dan fungsi limfosit T dan B. Defisiensi seng pada manusia dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, terhambatnya kedewasaan seksual pada pria dan pada wanita, gangguan kontrol selera, penurunan ketajaman rasa, lambatnya proses penyembuhan luka, impotensi, penurunan daya kekebalan tubuh, gangguan neuropsikologis, kelainan pada kulit serta penurunan efisiensi penggunaan makanan (Reviana 2004).

Inductively Coupled Plasma Optical Emission Spectrometry (ICP-OES)

Inductively Couple Plasma Optical Emission Spectrometry (ICP-OES) merupakan salah satu teknik untuk menganalisis unsur secara spektrofotometri dengan tingkat kekhususan dan sensitifitas yang tinggi, mampu mengukur banyak unsur sekaligus mempunyai limit deteksi yang baik. Tampilan alat tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Pengukuran unsur dengan ICP-OES didasarkan pada sifat unsur yang jika diberi energi berupa cahaya akan menyebabkan elektron valensinya tereksitasi dari keadaan dasar ke tingkat yang lebih tinggi energinya, namun beberapa saat kemudian elektron tersebut akan kembali kekeadaan dasar sambil melepaskan emisi yang besar intensitasnya sebanding dengan konsentrasi unsur tersebut (Skoog dan Leary 1992)
ICP-OES menggunakan plasma sebagai sumber atomisasi dan eksitasi. Plasma adalah suatu gas atau campuran gas yang terdiri dari ion, atom dan elektron. Plasma digunakan untuk memecahkan contoh menjadi atom atau ion, lalu membuat elektron dalam atom atau ion tersebut tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi dan kembali kekeadaan dasar dengan melepaskan emisi pada panjang gelombang tertentu (Skoog dan Leary 1992).
Prinsip kerja ICP-OES dalam mengukur konsentrasi contoh dimulai dari proses perubahan contoh larutan menjadi aerosol oleh nebulizer, kemudian aerosol tersebut diubah menjadi spray (butiran-butiran kecil) pada spray chamber yang kemudian bercampur dengan gas argon dan dibakar oleh plasma. Pada saat pembakaran, spray tersebut akan berubah menjadi atom dan tereksitasi.  Pada saat atom tersebut kembali ke energi dasar, maka akan memancarkan emisi pada panjang gelombang yang berbeda-beda untuk tiap unsur. Emisi tersebut akan dipisahkan oleh grating dan prisma sesuai panjang gelombangnya masing-masing yang selanjutnya diterima oleh detektor. Intensitas emisi yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan standar untuk mendapatkan konsentrasi unsur yang dianalisis (Boumans 1987)
Pada mulanya plasma dibentuk dari suatu gas argon yang dialirkan melalui sebuah torch (obor) yang terdiri dari tiga pipa terpusat yang terbuat dari kuarsa.  Suatu kumparan tembaga yang disebut kumparan induksi mengelilingi bagian puncak torch dan terhubung dengan generator radio frekuensi. Arus dengan frekuensi tinggi (27 MHz) dialirkan ke kumparan sehingga menimbulkan awan muatan elektron. Elektron ini memperoleh percepatan dari medan magnet yang ditimbulkan oleh kumparan induksi dengan arah bidang magnet tegak lurus dengan arah kumparan sehingga menyebabkan terjadinya tabrakan elektron bermuatan dengan atom-atom argon dan penyerapan energi yang besar menyebabkan argon terionisasi. Ionisasi gas argon yang mengalir diawali oleh loncatan bunga api listrik dari sebuah kumparan (Hill 2007).
Spektrometer meliputi polikromator dan detektor. Polikromator dengan sistem grating dan prisma dapat memisahkan beberapa panjang gelombang yang spesifik secara simultan yang kemudian panjang gelombang tersebut dikirimkan ke detektor untuk dideteksi. Jenis-jenis detektor pada ICP-OES diantaranya adalah Photo Diode Array (PDA), Photo Multiplier Tube (PMT), dan Charge Couple Device (CCD). Detektor yang digunakan adalah jenis CCD. Detektor ini dapat mendeteksi unsur pada panjang gelombang 200-1100 nm, sehingga interferensi spektral mudah dihilangkan (Sholeh dan Maryanto 2005). Selain itu, detektor ini dapat beroperasi dengan kecepatan 1 megahertz pixel pada saat proses dan dapat mendeteksi 75 unsur dalam waktu 35 detik. Ukuran CCD yang paling optimum adalah 14,875x14,875 milimeter persegi yang terdiri dari 4096x4096 piksel didalamnya ukuran tiap sel yang sensitif terhadap cahaya adalah 3,631x3,631 µm (Musyarofah dkk 2008). Komputer yang dipasangkan pada ICP-OES berfungsi sebagai displayout. Komputer akan menampilkan data berupa konsentrasi contoh, intensitas contoh, dan keterangan lainnya. 

Proses Analisis Tablet Effervescent

Sumber asam berperan sebagai asidulan yang akan bereaksi dengan sumber karbonat menghasilkan CO2 ketika keduanya bercampur dengan air. Asidulan merupakan senyawa kimia bersifat asam yang ditambahkan pada proses pengolahan makanan atau minuman dengan berbagai tujuan seperti pemberi rasa, penegas warna dan rasa, pengawet serta dapat digunakan untuk menyelubungi rasa yang tidak disukai. Reaksi yang terjadi pada pelarutan tablet effervescent adalah reaksi dari suatu kombinasi asam sitrat dan asam tartrat ditambahkan dengan senyawa karbonat (Pratiwi dkk 2011). Senyawa karbonat yang paling banyak digunakan dalam formulasi effervescent adalah garam karbonat kering karena kemampuannya menghasilkan karbondioksida (CO2). Reaksinya adalah sebagai berikut :
H3C6H5O7.H2O + 3 NaHCO3    ----->     Na3C6H5O7 + 4H2O + 3CO2
Asam sitrat                 Na-bikarbonat                          Na-sitrat               air    karbondioksida
 H2C4H4O +   2 NaHCO3  ------->   Na2C4H4O6 + 2 H2O + 2CO2
Asam tartrat      Na-bikarbonat                            Na-tartrat           air           karbondioksida
(Hartono 2008)
Sampel yang akan diuji kandungan mineral terlebih dahulu ditimbang sebanyak 20 tablet dalam 5 tube sampel lalu digerus. Tujuannya agar dapat mengetahui bobot rerata tablet secara keseluruhan dengan teknik sampling tablet. Mineral akan lebih stabil jika larutan sampel memiliki suasana asam. Pemilihan asam-asam yang akan ditambahkan ke dalam sampel saat pengujian kadar harus diperhatikan. Asam yang digunakan untuk analisis mineral kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan seng (Zn) adalah asam klorida (HCl). Pemilihan asam klorida sebagai pereaksi karena disesuaikan dengan asam lambung didalam tubuh yaitu HCl. Selain disesuaikan dengan kondisi tubuh, asam klorida (HCl) tidak membuat emisi latar (background emission) yang dapat teramati pada ICP serta tidak merusak kaca dan kuarsa pada alat ICP (Inductively Coupled Plasma). Asam klorida (HCl) berfungsi melarutkan unsur mineral yang terdapat di dalam tablet effervescent. HCl dengan mineral akan membentuk anion dalam air sehingga garam-garam tersebut larut. Reaksi asam klorida (HCl) dengan salah satu mineral dalam tablet adalah sebagai berikut:
CaCO3                  +       HCl       -------------  >>      CaCl2    +    H2O   + CO2
Kalsium karbonat      Asam Klorida                         air    karbondioksida
CaCl2       +    H2O   -------------- >>            Ca2+  +  2Cl-
                        air                kalsium     klorida
(Harjadi 1987)
Pembuatan larutan sampel selain dengan adanya penambahan asam, ditambahkan juga larutan lantanum 5%.
Larutan yang telah mengalami preparasi diantarkan pada plasma melewati nebulizer dan spray chamber dengan bantuan pompa peristaltik. Nebulizer berfungsi untuk mengubah cairan contoh menjadi aerosol sementara spray chamber berfungsi untuk mentransportasikan aerosol ke plasma. Pada spray chamber ini aerosol mengalami desolvasi atau volatisasi yaitu proses penghilangan pelarut sehingga didapatkan aerosol kering yang bentuknya telah seragam. Generator radio frekuensi berfungsi menyediakan tegangan (700-1500 watt) untuk menyalakan plasma dengan argon sebagai sumber gasnya. Tegangan ini ditransferkan ke plasma melalui load coil, yang mengelilingi puncak dari obor.
Gas luar yang digunakan yaitu Argon. Argon merupakan gas inert yang biasa atau sering digunakan pada ICP-OES. Pada suhu kamar gas tersebut tidak dapat mengantarkan arus listrik, tetapi bila dipanaskan gas argon akan bersifat menghantarkan arus listrik, sehingga akan menimbulkan induksi medan listrik yang mengalir pada kumparan dan mengakibatkan gas argon akan terionisasi.
                                  Ar ----- >> Ar+ + e-
Gas argon yang digunakan selain sebagai pembentuk plasma, digunakan juga sebagai pendingin. Adapun posisi torch pada plasma harus disesuaikan dengan aplikasi sistem analisisnya. Semakin jauh posisi torch dari plasma, kestabilan plasma akan berkurang (Manning dan William 1997).
Saat sampel dan gas masuk ke dalam plasma terjadi eksitasi atom, atom yang tereksitasi kembali kekeadaan dasar dengan memancarkan energi pada panjang gelombang tertentu. Panjang gelombang setiap unsur memiliki sifat yang khas. Intensitas energi yang dipancarkan pada panjang gelombang sebanding dengan jumlah (konsentrasi) dari unsur dalam contoh yang dianalisis. Selanjutnya panjang gelombang tersebut masuk kedalam polikromator, dan diteruskan ke detektor lalu diubah menjadi sinyal listrik oleh detektor dan masuk ke dalam integrator untuk diubah ke dalam sistem pembacaan data (Boss dan Fredeen 1997). Pengukuran intensitas mineral dilakukan pada kalsium (Ca) λ 317,933 c/s, magnesium (Mg) λ 285,213 c/s, dan seng (Zn) λ 206,200 c/s. Sebelum pengukuran sampel, dilakukan pengukuran larutan blanko dan standar terlebih dahulu. Kurva standar yang dipergunakan harus mempunyai linearitas yang baik. Nilai koefisien determinasi (R2) merupakan indikator kualitas dari parameter linieritas yang menggambarkan proposionalitas respon analitik (luas area) terhadap konsentrasi yang diukur. Nilai koefisien determinasi yang baik mempunyai nilai >0,9900 (AOAC 2005).

 Perbedaan nilai intensitas menyebabkan terjadinya perbedaan persamaan regresi, dan nilai koefisien. Adapun gangguan-gangguan yang bisa terjadi saat pengukuran sampel dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya yaitu gangguan matrik, gangguan kimia dan fisika, gangguan ionisasi, dan gangguan spektral atau background. Gangguan matrik disebabkan karena efisiensi dari sistem pengenalan contoh yang digunakan dipengaruhi oleh teganan permukaan, viskositas, dan konten padatan terlarut dari contoh. Gangguan antara contoh dan larutan standar dapat menyebabkan perbedaan dalam tingkat penyerapan nebulizer dan efisiensi transportasi contoh untuk plasma. Hal ini menyebabkan fluktuasi hasil analisis. Contoh dengan padatan terlarut yang tinggi cenderung menyumbat nebuliser sehingga pembersihan harus sering dilakukan. Interferensi matriks dapat dihindari dengan matriks yang cocok atau dengan menggunakan internal  standar atau metode adisi standar.

Suhu yang tinggi dari plasma argon (10.000oK) menyebabkan  ICP-OES relatif bebas dari gangguan kimia. Suhu ini cukup tinggi untuk menyebabkan disosiasi ikatan kimia pada senyawa untuk menjadi atom. Plasma juga harus bebas dari oksigen. Gangguan fisik terjadi karena perubahan konsumsi contoh yang disebabkan oleh transportasi contoh yang tidak stabil dan proses pembentukan tetesan. Proses ini tidak memiliki efek signifikan dalam ICP-OES, karena tingkat konsumsi yang relatif kecil. Pompa peristaltik mengontrol laju aliran contoh di ICP-OES yang membuat tingkat penyerapan independen dari viskositas contoh sehingga meminimalkan efek kimiawi dan matriks.
Gangguan ionisasi disebabkan oleh sumbangan elektron oleh spesies bersamaan dalam contoh yang mengubah atom atau konsentrasi ion dari spesies yang ditentukan. Sifat kaya elektron dari gas argon yang terionisasi cenderung untuk buffer efek pengion suhu lingkungan yang tinggi. Derajat ionisasi yang terjadi dalam ICP-OES adalah konstan dalam reproduktifitas keseluruhan pengukuran ICP-OES. Gangguan spektral atau background terjadi karena emisi cahaya oleh sumber eksitasi pada panjang gelombang analit.
Spektral interferensi terjadi ketika suatu unsur dalam contoh memiliki garis emisi dekat dengan panjang gelombang analit. Tiga jenis gangguan spektral yang terjadi yaitu cahaya liar atau sesatan, tumpang tindih parsial terdekat atau sayap garis spektrum diperluas dan tumpang tindih langsung dari garis spektral yang belum terselesaikan.  Hal ini mungkin timbul dari gangguan emisi cahaya yang tidak diinginkan dari sumber seperti matriks, pelarut, udara, dan gas. Interferensi spektral dapat diminimalkan dengan pemilihan panjang gelombang yang tepat, pemilihan pengamatan tinggi, koreksi latar belakang, dan koreksi elemen pengganggu. Ada beberapa keuntungan yang didapat diperoleh dengan menggunakan instrument Inductively Couple Plasma Optical Emission Spektrometer (ICP-OES) diantaranya, dalam penggunaannya tidak memerlukan persiapan contoh yang rumit, dapat mendeteksi unsur-unsur yang terdapat dalam contoh dengan menggunakan panjang gelombang yang berbeda dengan cepat dalam waktu yang bersamaan (serempak), memiliki ketepatan, ketelitian, dan sensivitas yang tinggi, rantang konsentrasi yang terdeteksi oleh spektrum emisi ICP-OES cukup lebar. 

Instrumen ICP-OES menggunakan suhu tinggi (10000oK) sehingga contoh yang memiliki konsentrasi tinggi dan konsentrasi rendah dapat tereksitasi, aman dalam pengoperasian karena gas yang digunakan merupakan gas argon yang lembam dan relatif tidak reaktif, generator frekuensi radio akan mati secara otomatis bila suhu plasma naik lebih dari 10000oK, bila ke vakum tidak optimum maka secara otomatis voltase akan naik dan mengalir ke detektor dan spektrometer akan mati secara otomatis, sistem komputerisasi pada ICP-OES cukup sederhana sehingga mudah dioperasikan. Adapun kekurangan ICP-OES yaitu memerlukan biaya operasional yang mahal, karena menggunakan gas argon, kalibrasi dan preparasi membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan untuk unsur tertentu menghasilkan intensitas rendah, keseragaman data sulit diperoleh.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar